Politik

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Megapolitan

Peristiwa

Olahraga

Daerah

Galeri

Opini

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Otomotif

Indeks

Sidang Promosi Doktor di UI, Hasto Singgung Abuse of Power dan Authoritarian Populism Jokowi

Tim Redaksi
Jumat, 18 Oktober 2024 | 16:34 WIB
Hasto Kristiyanto sidang promosi doktor UI. (Foto: DPP PDIP)
Hasto Kristiyanto sidang promosi doktor UI. (Foto: DPP PDIP)

IDISNEWS.COM - Mahasiswa program pasjasarjana Hasto Kristiyanto menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Jumat (18/10/2024). 


Dalam desertasinya Hasto menyinggung soal abuse of power dan political behavior authoritarian populism yang terjadi di Pemilu 2024. 

Hal itu tertuang dalam Bab VIII disertasinya dengan sub judul Ketahanan PDI Perjuangan: Arah Menuju Keberlanjutan Dan Masa Depan Demokrasi Disensus. 

Disertasi Hasto sendiri berjudul "Kepemimpinan Strategis Politik, Ideologi, dan Pelembagaan Partai serta Relevansinya terhadap Ketahanan Partai: Studi pada PDI Perjuangan". Hadir secara langsung dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Hasto, Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. 

Hasto memaparkan jika PDIP sebagai partai mendapatkan guncangan pada Pilpres 2024 berupa abuse of power dan power behavior. 

"Guncangan terhadap pelembagaan partai terjadi pada Pilpres 2024 berupa abuse of power dan power behavior dengan karakternya authoritarian populism," kata Hasto dalam paparan disertasinya di Balai Sidang UI. 

Menurutnya, adanya karakter authoritarian populism itu lahir dari perpaduan feudalisme, populisme, dan machiavellian yang digerakkan oleh ambisi kekuasaan. Ia kemudian mengistilahkannya sebagai “The Triangle of Authoritarian Populism Leadership” 

Ia kemudian menyebut nama Presiden RI Jokowi yang seharusnya sebagai kepala negara yang menjadi sumber keteladanan, justru malah berbuat sebaliknya dengan memanfaatkan pengaruh kekuasaannya demi kepentingan tertentu di Pemilu 2024. 

"Presiden Jokowi yang seharusnya menjadi sumber keteladanan dan otoritas moral, terbukti secara kualitatif dan kuantitatif justru menjadi core element ambisi kekuasaan, demi perpanjangan pengaruh kekuasaannya," katanya. 

Hasto mengatakan, jika apa yang dilakukan Jokowi tersebut memiliki implikasi sangat serius. Misalnya demokrasi menjadi rusak hingga penggunaan sumber daya negara dan alat negara digunakan untuk mengubah watak demokrasi. 

"Implikasinya sangat serius, kerusakan demokrasi, lemahnya supremasi hukum, dan penggunaan superdaya negara dan alat-alat negara yang merubah total watak demokrasi, yang berkedualatan rakyat menjadi demokrasi kekuasaan," ujarnya. 

Dalam disertasinya di bab ini, Hasto juga menyinggung soal eksistensi partai politik yang tak terlepas dari pengaruh geopolitik. 

"PNI yang berjaya pada era Soekarno kemudian bisa dilumpuhkan akibat dampak perang dingin melalui peristiwa 65. Secara empiris, konstelasi geopolitik di luar Tiongkok Selatan juga berpengaruh terhadap pilpres di Filipina yang mengubah orientasi politik luar negeri bong-bong Marcos beserta partai pengusungnya. 

"Kongres 5 PDI Perjuangan menempatkan pentingnya cara pandang geopolitik bagi ketahanan partai untuk ikut serta dalam ketertiban dunia melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif. Konstruk modal pengukuran ketahanan partai disusun dari dimensi kemampuan mengelola goncangan dari dalam dan pengaruh geopolitik kontemporer," imbuhnya. 

Selain itu Hasto dalam disertasinya mengupas tuntas cara berpolitik Megawati. Ia juga membeberkan sejumlah tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Megawati dalam berpolitik. 

"Pemikiran politik megawati dipengaruhi oleh setidaknya 26 tokoh dari dalam dan luar negeri seperti Soekarno, Gayatri Rajapatmi, Laksamana Malahayati, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela dan lain-lain," pungkasnya. (Red)

Komentar: