Politik

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Megapolitan

Peristiwa

Olahraga

Daerah

Galeri

Opini

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Otomotif

Indeks

Jumlah Penderita HIV/AIDS di Jabar Capai Ribuan, Masyarakat Diharap Stop Diskriminasi ODHA

Tim Redaksi
Senin, 09 Desember 2024 | 14:05 WIB
Stop diskriminasi orang dalam HIV/AIDS
Stop diskriminasi orang dalam HIV/AIDS

IDISNEWS.COM - HIV/AIDS merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga kini. Yang membuat tambah parah, penyakit ini menular Dan kini di Indonesia HIV/AIDS telah menyebar. 

Peningkatan penderita penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia itu, kini bisa dibilang mengejutkan. Cirebon jadi salah satu daerah yang yang menurut laporan mengalami peningkatan prevalensi (ukuran frekuensi penyakit atau kondisi kesehatan dalam suatu populasi pada waktu tertentu) HIV/AIDS. 

Gaya hidup yang salah seperti pergaulan bebas  seperti seks bebas, narkoba, dan perilaku seks yang menyimpang, menjadi faktor utama atas peningkatan penderita Orang dalam HIV/AIDS (ODHA)

Pj Wali Kota Cirebon, Agus Mulyadi mengungkapkan Jumlah peningkatan prevalensi AIDS di Cirebon. Katanya, menurut data tahun 2006 hingga Oktober 2024 jumlah kasus HIV mencapai 2.425 kasus, dan AIDS sebanyak 932 kasus.  

Selain Cirebon, Agus juga mengungkapkan prevalensi penyakit yang sama di seluruh Jawa Barat. Dari paparannya, hingga Desember 2023 tercatat sebanyak 69.655 kasus HIV dan 14.593 kasus AIDS. 

Saat peringatan hari AIDS sedunia. Agus mencoba memberi pemahaman bahwa, peringatan Hari AIDS Sedunia  bukan sekadar kegiatan seremonial. Namun, harus jadi momentum penting untuk memperkuat komitmen bersama dalam memerangi penyebaran virus serta memberikan dukungan kepada mereka yang hidup dengan HIV/AIDS. 

Jangan sampai masyarakat yang menderita HIV/AIDS justru malah didiskriminasi oleh lingkungannya. Karena hari AIDS sedunia ini punya arti lebih dari memerangi penyebarannya, tapi juga menjadi masalah hak asasi manusia 

"Meski angka-angka itu menunjukkan tantangan besar, namun kita tidak boleh menyerah,’’ ujar Agus, 

Memang jika bicara soal HIV/AIDS terutama untuk orang yang awam, menjadi sesuatu yang sangat menakutkan sampai-sampai jika ada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), malah didiskriminasi. Padahal itu pemikiran yang keliru.
Memang tidak dimungkiri HIV/AIDS penyakit menular yang jadi momok menakutkan. Tapi banyak diterangkan dalam berbagai jurnal kesehatan maupun edukasi langsung, bahwa penularan HIV/AIDS hanya dengan cara-cara tertentu yang bisa kita hindari. Contoh, HIV/AIDS hanya menular melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti: Darah, Sperma, Cairan vagina, Cairan anus, ASI. 

Dan hal itu sangat mungkin kita antisipasi tanpa harus mendiskriminasi si penderita. Untuk itu perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat yang hingga saat ini masih mempunyai stigma (keyakinan negatit)  dan deskriminasi terhadap penderita Orang dengan HIV AIDS. 

Bagi orang dengan HIV/AIDS, masalah bukan hanya sebatas penyakit yang dideritanya. Tapi juga kesehatan masyarakat, karena mereka membutuhkan empati, solidaritas dan bukan perlakuan deskriminasi  

"Agar perlakuan deskriminasi pada ODHA bisa dicegah, masyarakat perlu diedekuasi. Dan itu perlu pendekatan yang humanis dan inklusif, pola pikir masyarakat tentang HIV/AIDS berubah, sehingga tidak ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA,’’ tutur Agus. 

Vaksin dan Obat khusus untuk HIV/AIDS hingga kini memang belum ditemukan. Namun para penderita HIV/AIDS harus mendapat pelayanan kesehatan berupa perawatan yang tepat dan memadai sehungga para ODHA bisa tetap hidup sehat dan produktif. 

Oleh karena itu, baik petugas di pusat pelayanan kesehatan dan masyarakat sekitar harus terus memberikan dukungan pada ODHA agar mendapat pelayanan kesehatan yang setara dan tanpa deskriminasi.

 

Komentar: