Politik

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Megapolitan

Peristiwa

Olahraga

Daerah

Galeri

Opini

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Otomotif

Indeks

Nilai Tukar Dolar Tembus Hampir Rp17.300: Ancaman Serius bagi Ekonomi Indonesia

Tim Redaksi
Rabu, 09 April 2025 | 15:17 WIB
Nilai Tukar Dolar Tembus Hampir Rp17.300
Nilai Tukar Dolar Tembus Hampir Rp17.300

IDISNEWS.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan pelemahan signifikan. Di pasar non-deliverable forward (NDF), kurs rupiah tercatat menyentuh level Rp17.261/US$, menjadikannya posisi terlemah dalam sejarah nilai tukar mata uang Garuda.

 

Kondisi ini menciptakan kekhawatiran baru atas stabilitas ekonomi nasional, terutama di tengah tekanan eksternal yang terus meningkat.

 

Melemahnya Rupiah: Dari Rp16.555 ke Rp17.261 dalam Hitungan Hari

 

Mengacu pada data Refinitiv, pada Senin pagi (7/4/2025), kurs rupiah di pasar NDF melonjak tajam dibandingkan posisi terakhir sebelum libur Lebaran pada 27 Maret 2025, yaitu Rp16.555/US$. Dengan kata lain, hanya dalam waktu kurang dari dua pekan, rupiah melemah sekitar 700 poin terhadap dolar AS.

 

Pasar NDF, meskipun belum tersedia di Indonesia, memiliki pengaruh besar terhadap psikologis pasar spot. Karena itu, pergerakan kurs di pasar ini sering menjadi acuan utama bagi pelaku pasar dalam menentukan arah nilai tukar.

 

Perang Dagang dan Tarif Trump: Sumber Tekanan Baru

 

Salah satu faktor utama di balik depresiasi rupiah adalah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Pemerintah AS memutuskan untuk menerapkan tarif resiprokal hingga 32% bagi produk impor dari Indonesia sebagai respons atas defisit perdagangannya.

 

Dampaknya langsung terasa. Produk Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar AS karena harganya menjadi lebih mahal. Hal ini dapat menurunkan volume ekspor, mengurangi pasokan dolar ke dalam negeri, dan meningkatkan tekanan pada nilai tukar rupiah.

 

Ekonom DBS, Radhika Rao, menilai bahwa keputusan tarif ini memperburuk sentimen global yang sudah rapuh. "Sebelum adanya tarif tersebut, pertimbangan domestik sudah terlebih dahulu melemahkan sentimen di pasar rupiah dalam negeri," jelasnya.

 

Sementara itu, Hirofumi Suzuki dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation menyatakan, "Kekhawatiran akan melambatnya ekonomi global semakin meningkat. Hal ini menyebabkan depresiasi rupiah."

 

Strategi Pemerintah: Negosiasi dan Diplomasi

 

Alih-alih membalas tarif dengan langkah serupa, pemerintah Indonesia memilih jalur diplomasi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa negosiasi dengan AS menjadi pilihan strategis demi menjaga hubungan jangka panjang dan iklim investasi.

 

“Kita dikenakan waktu yang sangat singkat, yaitu 9 April, diminta untuk merespons. Indonesia menyiapkan rencana aksi dengan memperhatikan beberapa hal, termasuk impor dan investasi dari Amerika Serikat,” ujar Airlangga dalam rapat koordinasi terbatas.

 

Bank Indonesia Perkuat Stabilitas

 

Bank Indonesia (BI) merespons kondisi ini dengan memperkuat langkah stabilisasi di pasar keuangan. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa BI terus memonitor pergerakan global dan domestik.

 

"BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas serta menjaga keyakinan pelaku pasar," terang Ramdan.

 

Nilai tukar rupiah yang mendekati Rp17.300/US$ merupakan alarm serius bagi perekonomian Indonesia. Faktor eksternal seperti tarif dagang dan ketidakpastian global terus membebani stabilitas makroekonomi. Meski demikian, respons hati-hati dan terukur dari otoritas Indonesia, baik pemerintah maupun bank sentral, menjadi kunci untuk meredam dampak negatif dan menjaga kepercayaan pasar. Jalur diplomasi dan strategi fiskal yang adaptif akan sangat menentukan arah ekonomi nasional ke depan. (Red)

Komentar: